BAB I
PENDAHULUAN
- BIOGRAFI CARL JUNG
Carl Gustav Jung lahir
pada 26 Juli 1875 di Kesswil, kota kecil dekat Danau Constance, Swiss. Carl
Gustav Jung adalah anak dari pasangan pendeta di Gereja Reformasi Swiss, Johann
Paul Jung dan Emillie Preiswerk Jung, putri seorang teolog. Keluarga ibu Jung
mempunyai tradisi spiritualisme dan mistisisme, dan kakeknya dari garis ibu,
Samuel Preiswerk adalah penganut okultisme dan sering berbicara dengan roh
orang mati.
Orang tua Jung memiliki
tiga anak, seorang anak laki-laki sebelum Carl namun hanya hidup selama 3 hari,
dan seorang putri yang lebih muda sembilan tahun daripada Carl. Karena itu,
kehidupan awal yang dimiliki Jung adalah seorang anak tunggal.
Jung (1961) melukiskan
ayahnya sebagai seorang idealis sentimental dengan keraguan yang kuat terhadap
iman agamanya. Dia melihat ibunya mempunyai 2 sifat yang berbeda. Di satu sisi
ibunya sangat realistis, praktis, dan berhati hangat namun, disisi lain dia
seorang yang tidak stabil, mistis, cenayan, arkais, dan kejam. Sebagai anak
yang emosional dan sensitif, Jung lebih mengidentifikasikan dirinya dengan sisi
kedua ibunya, yang disebut ibu No.2 atau kepribadian alam. Pada usia 3
tahun Jung terpisah dari ibunya yang
harus dirawat di rumah sakit beberapa bulan dan perpisahan ini melukai hati
Jung sangat dalam. Untuk waktu yang lama ia merasa tidak dapat percaya kapanpun
kata “cinta” disebutkan. Bertahun-tahun sesudahnya ia masih menyamakan
“perempuan” dengan sesuatu yang tidak bisa diandalkan, sementara kata “ayah” berarti sesuatu yang
bisa diandalkan-namun tak berdaya (Jung-1961).
Sebelum ulang tahun
Jung yang keempat, keluarganya pindah ke pinggiran kota Basel. Sejak periode
inilah mimpi-mimpinya yang paling awal muncul. Mimpi ini, yang mestinya
memiliki efek mendalam bagi kehidupan berikutnya dan bagi konsepsinya tentang
alam bawah sadar kolektif.
Selama tahun-tahunnya
ia bersekolah, Jung perlahan-lahan menyadari dua aspek yang terpisah dari
dirinya, dan dia menyebutnya dua spek yang terpisah dari dirinya, dan dia menyebutnya
kepribadian No.1 dan No.2. Awalnya dia melihat kedua kepribadian ini sebagai
bagian dari dunia pribadinya sendiri namun, selama remaja dia menyadari
keberadaan pribadi No. 2 nya sebagai cerminan dari sesuatu yang berbeda dari
dirinya-seorang laki-laki tua bijak yang sudah lama meninggal. Pada waktu itu,
Jung tidak memenuhi sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang terpisah ini namun, pada
tahun-tahun berikutnya ia menyadari kalau pribadi No.2 sudah bersentuhan dengan
perasaan-perasaan dan intuisi-intuisinya sehingga pribadi No.1 tidak dapat
memahaminya. Dalam Memories, Dreams, Reflections, Jung (1961) menulis tentang
kepribadian No.2 tersebut:
Saya
menyelami dia dan pengaruhnya dengan cara menarik yang tidk reflektif; ketika
dia hadir, pribadi No.1 memucat sampai titik tidak eksis, dan ketika ego
menjadi semakin identik dengan pribadi No.1 sehingga mendominasi pandangan
saya, maka orang tua itu, jika berusaha diingat-ingat, tampak seperti mimpi
yang jauh dan tidak riil.
Antara usia 16 sampai
19 tahun, pribadi Jung No.1 muncul lebih dominan dan secara perlahan “
merepresi dunia kepekaan intuitifnya” (Jung, 1961, hlm. 68). Seiring dengan kepribadian
sehari-hari yang disadarinya menguat, dia dapat berkonsentrasi pada sekolah dan
karier. Menurut teori sikap Jung, pribadi No.1 menjadi ekstrover dan menjadi
senada dengan dunia objektif, sementara pribadi No.2 menjadi introvert dan
terarah menuju dunia subjektifnya. Karena itu, selama tahun-tahun awal
sekolahnya, Jung kebanyakan bersikap introvert, namun ketika tiba waktunya
untuk mempersiapkan profesinya dan memenuhi tanggung jawab yang lain, dia
menjadi lebih ekstrover. Sebuah sikap yang terus bertahan sampai dia mengalami
krisis paruh baya dan memasuki periode introversi ekstrem.
Pilihan profesi pertama
Jung adalah menjadi arkeolog, namun dia juga tertarik pada filologi, sejarah,
filsafat, dan ilmu-ilmu alam. Meskipun berangkat dari latar belakang
aristrokat, Jung memiliki daya keuangan yang terbatas. Akhirnya dia mengambil
studi kedokteran.
Ketika Jung masih
berada di tahuin pertama kuliah kedokteran, ayahnya meninggal membuat dia harus
merawat ibu dan adik perempuannya. Juga ketika masih kuliah kedokteran, Jung
memulai serangkaian pertemanan dengan kerabat-kerabatnya dari keluarga
Preiswerk, termasuk sepupu pertamanya Helene Preiswerk yang mengklaim dapat
berkomunikasi dengan arwah. Jung banyak melakukan percakapan dengan arwah
anggota keluarganya sendiri, namun kemudian ketika ia menulis disertasi
kedokterannya mengenai okultisme, dia melaporkan bahwa perjumpaan dengan arwah
sudah menjadi eksperimen-eksperimen terkontrolnya.
Setelah memperoleh
gelar medisnya dari Universita Basel pada 1900, Jung menjadi asisten psikiatris
bagi Eugene Bleuler di RS jiwa Burgholtzli di Zurich, sebuah rumah sakit yang
mendidik para psikiatris paling kenamaan di seluruh dunia pada waktu itu.
Selama tahun 1902-1903 Jung belajar enam bulan di Paris bersama Pierre Janet,
pengganti Charcot. Ketika kembali ke Swiss pada 1903, dia menikahi Emma Rauschenbach,
seorang perempuan muda yang cerdas dari sebuah keluarga Swiss yang kaya. Dua
tahun kemudian, sembari menjalankan tugasnya di rumah sakit itu, Jung mulai
diminta mengajarbdi University of Zurich dan membuka sebuah praktek psikiatri
sendiri.
Jung sudah membaca Interpretation of Dreams (Freud, 1900/1953)
tak lama setelah buku itu dipublikasikan namun, dia tidak begitu tertarik.
Setelah ia membacanya beberapa tahun kemudian, dia mulai bias memahami ide-ide
Freud dan tergerak untuk menginterpretasikan mimpi-mimpinya sendiri. Pada tahun
1906, Jung dan Freud memulai surat-menyurat secara teratur. Setahun kemudian
Freud mengundang Carl dan Emma Jung ke Wina. Segera keduanya mengembangkan rasa
penghormatan timbale balik yang kuat dan afeksi satu sama lain, dimana
percakapan dalam pertemuan mereka yang pertama sampai 13 jam tanpa henti sampai
keesokan harinya.
Freud yakin bahwa Jung
adalah pribadi yang ideal sebagai pengganti dirinya. Tidak seperti laki-laki di
lingkaran teman dan pengikut dekat Freud, Jung bukan orang Yahudi ataupun Wina.
Namun Freud memiliki perasaan pribadi yang hangat terhadap Jung dan
menganggapnya sebagai seorang laki-laki dengan kecerdasan luar biasa.
Kualifikasi ini mendorong Freud memilih Jung menjadi presiden pertama International Psychoanalytic Assosiation.
Pada 1909, G.Stanley
Hall, presiden Clark University dan salah satu psikolog pertama di Amerika
Serikat, mengundang Jung dan Freud untuk memberikan serangkain kuliah di Clark
University di Worcester, Massachussetts. Bersama dengan Sandor Ferenczi,
psikoanalisis lainnya kedua laki-laki itu berpetualang ke Amerika. Selama
perjalanan 7 minggu mereka, sebuah ketegangan mulai muncul antara Jung dan
Freud. Ketegangan hubungan pribadi ini bahkan tidak bias hilang ketika dua
psikoanalisis besar itu mulai menginterpretasikan mimpi satu sama lain, sebuah
kativitas di waktu senggang yang tampaknya dimaksudkan untuk mempererat kembali
hubungan di antara mereka.
Dalam Memories, Dreams, Reflections, Jung
(1961) menuduh Freud tidak bersedia mengungkapkan detail-detail kehidupan
pribadinya yang dibutuhkan Jung untuk bisa menginterpretasikan salah satu mimpi
Freud. Menurut Jung, ketika diminta menceritakan detail-detail yang lebih
rahasia dari jalan hidup Freud, sang maestro protes, “Saya tidak bisa
menceritakan Otoritas saya dengan menceritakan hal seperti itu!” (Jung, 1961,
hlm. 158).
Setelah Jung dan Freud kembali
dari perjalanan mereka ke Amerika Serikat, perbedaan kepribadian mereka, selain
perbedaan teoritis menjadi semakin besar smpai persahabatan mereka jadi dingin.
Pada 1913 mereka mengakhiri hubungan korespodensi. Tahun berikutnya Jung mundur
dari kursi presiden asosiasi dan tak lama kemudian dia keluar dari keanggotaan International Psychoanalytic Association.
Tahun-tahun setelah
putusnya hubungan dengan Freud membuat Jung merasa sangat kesepian dan giat
melakukan analisis-diri. Sejak Desember 1913 sampai tahun 1917, dia menjalani
pengalaman hidup yang paling sukar dan berbahaya-sebuah perjalanan menuju bawah
tanah psikenya di bawah alam sadar. Marvin Goldwert (1992) menyebutkan masa-masa
di hidup Jung itu sebagai periode “sakit yang kreatif”, sebuah istilah yang
digunakan Henri Ellenberger (1970) untuk melukiskan Freud di tahun-tahun
setelah ayahnya meninggal. Periode “sakit yang kreatif” Jung mirip dengan
analisis-diri Freud. Keduanya mulai menyelidiki diri ketika mereka menginjak
usia 30-an atau awal 40-an: Freud sebagai reaksi terhadap kematian ayahnya,
Jung sebagai reaksi terhadap perpisahannya dengan Freud, ayah spiritualnya.
Keduanya melewati periode kesepian dan isolasi, dan keduanya diubah sangat
dalam oleh pengalaman-pengalaman tersebut.
Pada 1944 Carl Jung
menjadi Profesor Psikologi kedokteran di Universitas Basel namun, kesehatan
yang menurun memaksanya mundur pada tahun berikutnya. Setelah istrinya
meninggal pada 1955 dia sering terlihat menyendiri, sehingga masyarakat sering
menyebutnya “sang laki-laki tua bijak dari Kusnacht”. Dia meninggal pada 6 Juni
1961di Zurich, beberapa minggu setelah ulang tahunnyayang ke-86. Ketika
meninggal, reputasi Jung sudah dikenal seluruh dunia dan jauh melampaui wilayah
psikologi sendiri: filsafat, agama, dan budaya popular (Brome, 1978).
- SEKILAS PSIKOLOGI ANALITIK
Carl Gustav Jung
awalnya kolega Freud, namun ia keluar
dari psikoanalisa ortodoks untuk mendirikan teori kepribadian yang berbeda.
Psikologi analitik dibangunm diatas asumsi bahwa fenomena gaib dapat dan
sungguh mempengaruhi hidup setiap orang. Jung percaya bahwa setiap dari kita
dimotivasikan bukan hanya oleh pengalaman-pengalaman bernada emosi yang
diwarisi dari nenek moyang kita. Imaji-imaji warisan ini membentuk apa yang
disebut Jung alam bawah sadar kolektif.
Alam bawah sadar kolektif mencakup elemen-elemen yang tidak pernah kita alami
secara individual melainkan yang diturunkan kita dari nenek moyang kita.
Beberapa elemen alam
bawah sadar kolektif ini menjadi sangat berkembang, dan Jung menyebutkan arketipe. Arketipe yang paling inklusif
adalah konsep perealisasian-diri yang hanya dicapai dengan mencapai
keseimbangan di antara beragam daya kepribadian yang berlawanan. Kalau begitu,
teori Jung merupakan sebuah compendium dari kutub-kutub yang saling berlawanan.
Manusia introver dan ekstrover, rasional sekaligus irrasional, laki-laki
sekaligus perempuan, sadar sekaligus tidak sadar, dan didorong oleh
kejadiaan-kejadian masa lalu sekaligus ditarik oleh ekspektasi-ekspektasi masa
depan.
BAB II
ISI
- TINGKATAN PSIKE
Jung berasumsi bahwa
jiwa atau psike memiliki tingkatan sadar dan tidak sadar. Teori Jung lebih
menjelaskan mengenai alam bawah sadar kolektif yaitu eksistensi manusia dimasa
lalu dan bukan merupakan dari pengalaman pribadi individual. Jung tidak
memproritaskan pada alam sadar dan alam bawah sadar personal.
1. Alam
Sadar
Imaji alam sadar merupakan imaji yang diindra oleh
ego, sedangkan elemen bawah sadar tidak ada kaitannya dengan ego. Jung
beranggapan bahwa ego adalah pusat kesadaran, tapi bukan inti kepribadian.
Kesadaran tidak terlalu berpengaruh dalam psikologi analitik.
2. Alam
Bawah Sadar Personal
Alam bawah sadar personal mengandung memori dan impuls
infantile, peristiwa yang terlupakan, dan pengalaman yang awalnya dirasakan
pada saat kita berada dibawah ambang kesadaran. Isi alam bawah sadar disebut
kompleks. Kompleks bisa sebagian muncul secara disadari, dan sebagian muncul
dari alam bawah sadar personal dan kolektifnya.
3. Alam
Bawah Sadar Kolektif
Alam bawah sadar kolektif lebih cenderung pada asal
mula suatu spesies. Pengalaman nenek moyang manusia terhadap konsep universal
dipengaruhi secara bawah sadar oleh pengalaman nenek moyang mereka yang
primitif. Isi alam bawah sadar kolektif kurang lebih sama di semua budaya. Alam
bawah sadar kolektif terdiri dari arketipe-arketipe.
Arketipe
Istilah arketipe berasal dari
bahasa Yunani, Arkhe yang berarti permulaan atau awal, dan Topus yang berarti
model. Arketipe adalah imaji-imaji masa lalu yang berasal dari alam bawah sadar
kolektif. Yang mirip dengan kompleks/
kumpulan-kumpulan (alam bawah sadar personal) emosional mengenai imaji-imaji
yang saling berkaitan. Arketipe berbasis biologis namun berakar melalui
pengalaman nenek moyang yang terus diulang oleh seluruh keturunannya. Ketika
aktif, arketipe menyatakan diri lewat mimpi, fantasi & delusi.
Freud percaya bahwa manusia secara kolektif mewarisi
kecenderungan untuk bertindak, namun konsepnya mengenai bawaan filogenetik berbeda dengan jung. Freud lebih focus pada alam
bawah sadar personal, dan meletakkan bawaan filogenetik hanya jika penjelasan
personal ini gagal (seperti yang dilakukannya ketika menjelaskan kompleks
oedipus). Sementara jung lebih menekankan alam bawah sadar kolektif &
menggunakan pengalaman personal untuk memperkuat kepribadian total.
Arketipe terdiri dari beberapa macam, yaitu:
a. Persona
Persona berasal dari bahasa Latin, yang berearti
topeng, istilah ini merujuk pada teater pada masa Romawi, pada zaman itu, para
aktor yang memainkan seni peran menggunakan topeng sebagai bentuk ekspresi
wajah seseorang yang diperankan aktor tersebut.
Persona
merupakan
kepribadian yang sadar, yang dapat diidentikkan dengan ego-nya Freud.
Persona merupakan kepribadian seseorang yang terlihat oleh orang lain yang
tercermin melalui perilakunya. Dalam
mimpi, ia muncul dalam bentuk sesosok figur yang melambangkan aku dalam
suasana tertentu. Persona juga dapat diartikan sebagai sifat yang dibentuk
seseorang dalam berkomunikasi dan memberikan kesan dalam berinteraksi dengan
orang lain. Persona dapat berfungsi menjadi interface dengan dunia dan cara
berhubungan dengan orang lain di dunia. Ini tergantung pada pengalaman dan
bagaimana sikapnya terhadap penerimaan atau penolakan diri seseorang oleh orang
lain di lingkungannya, juga dapat menyembunyikan hakikat diri seseorang dalam
berkomunikasi dengan orang lain.
Setiap
kita haruslah memproyeksikan sebuah peran khusus, sesuatu yang didiktekan
masyarakat kepada kita. Seorang dokter diharuskan mempunyai cirri “penunggu
orang sakit disamping tempat tidur”, seorang politisi harus menunjukkan wajah
tertentu kepada masyarakat agar dapat menenangkan keyakinan dan suara mereka,
seorang aktor harus menunjukkan gaya hidup tertentu yang diinginkan publik.
Persona
merupakan sisi yang dibutuhkan kepribadian kita, namun dengan catatan kita
tidak boleh mencampur-adukannya (persona/wajah publuk kita) dengan self kita sebenarnya. Untuk dapat menjadi sehat
secara psikologis, kita harus menyeimbangkan antara tuntutan-tuntutan
masyarakat dan siapa diri kita sebenarnya. Tidak menganggap persona penting
berarti meremehkan pentingnya masyarakat, namun tidak menyadari individualitas
kita berarti sama dengan menjadi boneka masyarakat.
b.Shadow
Sisi kuat kepribadian seseorang mendominasi persona,
sedangkan aspek-aspek yang lebih lemah dominasinya hanya menjadi bayang-bayang
diri. shadow berarti kegelapan & represi yang merepresentasikan
kualitas/kenyataan yang tidak ingin kita akui, namun justru ingin kita
sembunyikan dari orang lain, bahkan diri sendiri. Kadang-kadang, naluri dan
desakan diwujudkan dalam bentuk bayang-bayang, bersama perasaan-perasaan
negatif dan destruktif. Ia dapat berupa satu sosok yang mengancam, yang
menyamar sebagai seseorang yang tidak disukai oleh orang-orang yang bermimpi.
Terkadang dapat teraktualisasi dengan emosi yang tidak terkendalikan, Satu cara
untuk mengenali shadow figur di dalam sebuah mimpi adalah dengan mengamati
reaksi dan perasaan kita yang paling negatif terhadap seseorang atau suasana
tertentu, karena hal yang paling tidak kita sukailah yang membentuk inti dari
bayangan tersebut.
Lebih mudah untuk memproyeksikan sisi gelap
kepribadian kita pada orang lain, untuk mrelihat dalam diri merekakeburukan
yang kita tolak untuk kita lihat pada diri kita. Bergulat dangan kegelapan
dalam diri kita akan membuat kita “memahami shadow kita sendiri”. tapi
sayangnya kebanyakan dari kita tidak pernah memahami shadow kita karena kita
cenderung mengidentifikasi diri dengan sisi kepribadian kita yang lebih terang.
Manusia yang tidak pernah memahami
shyadownya akan jatuh didalam kekuasaan kegelapan dan menghasilkan hidup tragis
yang penuh kesialan yang membuahkan kekalahan dan kepengecutan dalam diri
sendiri.
c. Anima
Baik freud maupun jung percaya bahwa manusia secara
sikologis bersifat biseksual dan memiliki sisi maskulin dan feminim secara
bersamaan.
Anima adalah
arketipe wanita (sisi feminim) yang terdapat pada seorang lelaki. Dalam diri
seorang lelaki juga terdapat sifat feminin yang biasanya dominan pada
wanita. Anima muncul karena dipengaruhi
oleh sosok ibu. Sisi feminism pada
laki-laki ini berakar dri alam bawh sadar kolektif sebagai arketipe dan
terus-menerus melawan alam sadar secara ekstrim. Hanya sedikit laki-laki yang
mampu mengenal anima mereka. Untuk menguasai proyeksi-proyeksi anima menaklukan
penhalang-penghalang intelektual mereka turun jauh kealam bawah sadar dan
bergukat dengan sisi feminim kepribadian mereka.
Anima berakar dari pengalaman laki-laki sebelumnya
dengan perempuan (ibu, saudara perempuan dan kekasih) yang pada ahirnya berpadu
membentuk gambar umum perempuan. Seiring berjalannya waktu konsep ini menumpuk
dialam bawah sadar kolektif manusia sebagai anima.
Laki-laki umumnya tidak pernah memproyeksikan
animanya pada istri atau kekasih dan tidak melihat mereka apa adanya, melainkan
sudah dipengaruhi oleh pandangan personal dan alam bawah sadar kolektfnya,
sehingga dapat menjadi sumber banyak kesalah pahaman dalam hubungan laki-laki
vs perempuan, dan daya tarik laki-laki terhadap perempuan mistik dalam psike
laki-laki .
Anima mempengaruhi sisi perasaan laki-laki dan
menjelaskan suasana hati (bertanggung jawab bagi naik turunnya suasana hati
itu) maupun perasaan irasionalnya. Ketika suasana hati laki-laki sedang
bergejolak bisa dibilang anima atau sisi feminimnya yang menguasai perasaannya
tapi laki-laki berusaha keras untuk menjelaskannya dengan cara maskulin yang
rasional, bahkan menyangkal kalau anima adalah salah satu arketipe otonomnya.
Anima dan animus dapat mempengaruhi seseorang dalam
baik secara positif atau negatif. Jika seorang pria berada di bawah pengaruh
positif anima ia akan menunjukkan kelembutan, kesabaran, pertimbangan, dan
kasih sayang. Anima negatif
bermanifestasi sebagai kesombongan, kemurungan, bitchiness, dan sensitivitas
untuk menyakiti perasaan. Anima sangat mempengaruhi seorang lelaki bersikap
terhadap wanita.
Anima
seorang lelaki terkadang ditekan karena ia merasa tidak wajar kalu ia memiliki
jiwa yang feminine, sehingga terkadang anima muncul dalam bentuk mimpi. menekan
anima mengakibatkan timbulnya sifat keras kepala, keras, kaku, dan
bahkan kejam secara fisik maupun emosi.
Munculnya Anima atau Animus dalam mimpi
seseorang dapat menggambarkan integrasi kepribadian yang Jung sebut sebagai
proses individuasi.
d.
Animus
Animus adalah sisi maskulin pada wanita. Tidak
dipungkiri seorang wanita juga memiliki sisi maskulin atau sifat yang biasanya
dimiliki seorang pria. Namun sifat maskulin ini terkadang tidak terlalu dominan
pada wanita. Wanita juga mengerti arti dari seorang pria. Animus bisa ditemukan
pada seorang wanita karena dipengaruhi oleh sesosok ayah. Animus milik alam
bawah sadar kolektif dan berakar dari perkenalan prasejarah perempuan terhadap laki-laki.
Animus lebih mempresentasikan pemikiran dan
penalaran simbolis. Animus bertanggung jawab terhadap pola pikir dan opini pada
perempuan sehingga menghasilkan perasaan dan suasana hati pada laki-laki.
Animus juga merupakan penjelaasan bagi
pemikiran irasional dan opini tak logis yang pada dasarnya bukan hasil
pemikiran perempuan, melainkan sudah ada
pada diri mereka.
Apabila seorang perempuan didominasi oleh animusnya
tak satupun tuntutan logis dapat menggoyahkannya dari keyakinan yang sudah
mendarah daging pada dirinya. Animus biasanya muncul dalam mimpi, pengelihatan
dan vantasi dalam bentuk yang dipersonifikasi.
Bergabungnya
sifat ini ke dalam memungkinkan dirinya untuk menjadi seorang pemimpin,
pengelola yang baik, dan pencari nafkah. Namun, jika seorang wanita mengabaikan
aspek-aspek ini dalam dirinya, maka ia menjadi cengeng, tergantung, cerewet,
dan tidak aman.
e.
Great mother
Yang
berarti ibu agung. Setiap laki-laki maupun perempuan memiliki arketipe great
mother. Yang diasosiasikan dengan perasaan positif dan negatif. Great mother
mempresentasikan dua kekuatan yang saling berlawanan. Satu sisi adalah
fertilitas (kesuburan & pemeliharaan) yang dapat memproduksi &
mempertahankan kehidupan dan sisi yang lain adalah destruksi (kekuatan) yang
dapat membuang maupun mengabaikan keturunannya.
Ø Dimensi
fertilitas dari great mother disimbolkan sebagai pohon, taman, tanah yang sudah
dibajak, laut, surge, rumah, negeri, gereja, dan objek hampa seperti panic
masak dan oven
Ø Dimensi
destruksi dari great mother disimbolkan sebagai dewi, ibu tuhan, ibu alam, ibu
bumi, ibu tiri, atau penyihir.
Fertilitas
dan destruksi berkombinasi membentuk konsep kelahiran kembali, sebuah arketipe
yang sama sekali berbeda tapi hubungannya dengan great mother tampak sangat
jelas. Kelahiran kembali direpresentasikan oleh proses seperti reinkarnasi,
baptisme, kebangkitan, dan individuasi atau realisasi diri.
f.
Wise old man
Wise
old man berarti laki-laki tua bijak. Wise old man merupakan arketipe
kebijaksanaan dan pemaknaan yang menjelaskan pengetahuan manusia mengenai misteri hidup yang sudah lama diyakini oleh
seseorang. Pengertian ini tidak bisa langsung disadari seseorang. Laki-laki
atau perempuan didominasi oleh arketip wise old man dapat mengumpulkan banyak
pengikut dengan mengeluarkan perkataan yang menyuarakan kedalaman namun
sebenarnya tidak masuk akal karena alam bawah sadar kolektif tidak pernah
mengimpartasikan secara langsung kebijaksanaanya pada manusia secara
individual.
Para
nabi, maupun politikus misalnya mampu membangkitkan gejolak rasio dan emosional
pendengarnya, ini dituntun oleh arketipe alam bawah sadarnya wise old man.
Arketipe
wise old man dipersonifikasi dalam mimpi sebagai sosok ayah, kakek, guru sekolah, filusuf, guru,
dokter, dan pendeta. Wise old man juga disimbolkan oleh kehidupan itu sendiri,
misalnya seorang anak muda yang meninggalkan rumah, berkelana didunia,
mengalami berbagai cobaan dan penderitaan hidup , dan pada akhirnya mencapai
sebuah kebijaksanaan.
g.Hero
Hero
ditampilkan sebagai pribadi yang kuat, kadang separuh dewa yang berjuang
melawan kesukaran besar untuk menahlukan dan menghancurkan kejahatan namun pada
akhirnya nasip hero diahiri sebuah peristiwa yang tidak penting, misalnya:
v Achilles
(pahlawan perang troya) yang gagah berani akhirnya terbunuh hanya gara-gara
sebuah panah menancap ditumitnya.
v Supermen
yang terkenal menumpas kejahatan melawan kemungkaran akhirnya lemah hanya karena terkena batu krypton.
Intinya
adalah seorang manusia yang pada dasarnya fana bila tanpa kelemahan tidak bisa
disebut sebagai hero. Ketika arketipe hero dalam diri kita berhasil mengalahkan
orang jahat dia seperti telah membebaskan kita dari perasaan ketidak mampuan
dan penderitaan, dalam waktu yang sama hero ikut membentuk model kita menjadi
kepribadian yang ideal.
h.Self
Self
adalah Kepribadian Total (total personality) baik Kesadaran maupun
Bawah Sadar. Self adalah pusat dari kepribadian. Bandingkan saja Self dengan
matahari dalam tata surya kita sumber dari segala energi bagi keseluruhan
sistem. Jika Ego adalah bumi, maka self adalah matahari.
Self
adalah kecenderungan warisan untuk bergerak menuju pertumbuhan penyempurnaan
dan perlenkapan self paling komprehensif dari semua arketipe dan bisa dibilang self
adalah arketipenya karena self lah yang mendorong semua arketipe lain dan
menyatukan mereka dalam proses realisasi diri. Self mempunyai simbol tertinggi
yaitu mandala, yang digambarkan didalam sebuah kotak persegi, lingkaran didalam
sebuah kotak persegi, dan kotak itu berada di lingkaran yang lebih besar
mandala mepresentasikan perjuangan bawah sdar kolektif menuju kesatuan
keseimbangan dan kemenyeluruhan keseimbangan ditunjukan antara alam sadar dan
self total yang idealistik. Banyak orang memiliki kesadaran berlebihan karena
hilangnya”pertikan jiwa” kepribadiannya. Artinya mereka gagal menyadri kekayaan
dan fitalitas alam bawah sadar personal mereka, khususnya alam bawah sadar
kolektif mereka disisi lain manusia yang terlalu diperkuat oleh alam bawah
sadar sering kali menjadi patologis, dengan kepribadian yang bersifat satu sisi
saja.
Meskipun
self hampir tidak pernah seimbang secara sempurna. Setiap orang memiliki dialam
bawah sadar kolektifnya, sebuah konsep mengenai self yang satu dan sempurna
mandala mempresentasikan diri yang sempurna, arketipe mengenai keteraturan,
kesatuan, dan totalisasi. Karena realisasi diri melibatkan kelengkapan dan
direpresantasikan oleh simbol kesempurnaan yang sama (mandala) yang terkadang
menandakan keilahian. Dibawah alam bawah sadar kolektif, self kadang berbentuk
yesus kristus, sang Buddha, sang krisna, atau figur ilahiah lainnya. Secara
historis manusia menghasilkan mandala dalam jumlah tak terhitung tanpa pernah
memahami arti penting sepenuhnya.
Ringkasnya self mencakup jiwa sadar dan bawah sadar, dan
dia menyatukan elemen-elemen psike yang bertentangan(laki-laki vs perempuan,
baik vs jahat, terang vs gelap) yang sering direpresentasikan oleh Yin dan
Yang.
B. DINAMIKA
KEPRIBADIAN
1. Kausalitas
dan Teleologi
Motivasi
berasal dari masa lalu dan tujuan teleologis. Kausalitas berisi keyakinan bahwa
peristiwa masa kini memiliki asal usul pengalaman sebelumnya. Freud sangat
meyakini dan berpegang pada kausalitas, namun Jung tidak sependapat pada Freud,
karena Jung berpendapat bahwa teleologis juga mengambil tempat dalam
mempengaruhi motivasi. Teleologis berisi keyakinan bahwa peristiwa masa kini
dimotivasikan oleh tujuan dan aspirasi kedepan yang mengarahkan tujuan
seseorang.
Jung
mempunyai pandangan yang sama terhadap mimpi yang berasal dari pengalaman masa
lalu. Namun Jung juga menambahkan bahwa mimpi dapat membantu orang dalam
menentukan masa depan seseorang.
2. Progresi
dan Regresi
Progresi
adalah bagaimana cara seseorang beradaptasi kepada dunia yang melibatkan aliran
maju energi psikis. Sedangkan Regresi adalah cara seseorang beradaptasi yang
menggunakan aliran maju energi psikis. Regresi menggunakan psike yang tidak
disadari. Jika dipergunakan sendiri-sendiri maka tidak mampu menyelesaikan
masalah, namun jika keduanya digunakan bersama-sama dan dioptimalkan, maka akan
mengaktifkan proses perkembangan pribadi yang sehat.
Dalam
hidup Jung pada masa paruh baya, regresi mendominasi hidupnya ketika progresi
hampir berhenti. Ia lebih menghabiskan energi yang dimiliki untuk mengenali
psikenya yang tidak disadari. Jung meyakini bahwa langkah regresif dibutuhkan
untuk menciptakan sebuah kepribadian yang seimbang dan tumbuh menuju
perealisasian diri.
C. PERKEMBANGAN
KEPRIBADIAN
Jung
berkeyakinan bahwa kepribadian berkembang melalui serangkaian tahapan yang
memuncak pada individuasi atau realisasi diri. Pada usia 35-40 tahun seseorang
memiliki kesempatan untuk menyatukan beragam aspek kepribadian dan mencapai
realisasi diri. Tapi pada usia itu juga seseorang rentan untuk mengalami
kemerosotan. Jung membagi tahap Perkembangan menjadi:
1. Masa
Kanak-kanak
Subtahapan masa kanak-kanak:
·
Fase Anarkis (0 sampai 6 tahun), mempunyai
ciri-ciri kesadaran yang khaos dan sporadif. Pengalaman fase anarkis kadang
masuk kedalam kesadaran sebagai gambaran primitif dan tidak dapat diungkapkan
verbal secara akurat.
·
Fase Monarkis (6 sampai 8 tahun), memiliki
ciri-ciri perkembangan ego dan oleh
permulaan pemikiran logis dan verbal. Anak mulai melihat dirinya secara
objektif dan menyebut diri mereka sebagai orang ketiga. Meskipun ego dipahami
sebagai sebuah objek namun anak belum menyadari dirinya sebagai aktor yang
memahami.
·
Fase Dualistik (8 sampai 12 tahun), cirinya
yaitu ego yang mulai muncul terbagi menjadi subjektif dan objektif. Anak mulai
menyebut dirinya dengan kata ganti orang pertama, dan menyadari bahwa ia
berbeda dengan orang lain.
2. Masa
Muda
Masa
muda mempunyai periode yaitu mulai dari pubertas sampai paruh baya. Jung
berpendapat bahwa masa muda merupakan sebuah periode dimana seseorang
seharusnya meningkatkan aktivitas,
mengalami kematangan seksual, dan dapat menempatkan diri di lingkungannya.
Kesulitan pada fase ini adalah dalam mengurangi kecenderungan alamiah untuk
mengandalkan kesadaran sempit kanak-kanak agar terhindar dari masalah yang
terus mengganggu seumur hidup. Terkadang seseorang mengalami suatu keadaan
dimana ia merasa bahwa ia ingin kembali ke masa lalu saat masalah tidak datang
menghampirinya, ini disebut prinsip konservatif.
3. Paruh
Baya
Jung
mengatakan bahwa masa paruh baya adalah seseorang yang berumur sekitar 35
sampai 40 tahun. Jika orang paruh baya mempertahankan moral dan nilai sosial
hidup mereka yang sebelumnya maka ia akan sulit dalam mempertahankan daya tarik
fisik dan ketangkasan mereka. Orang yang menjalani masa muda mereka tanpa nilai
kanak-kanak ataupun nilai masa muda akan siap menghadapi dan mengembangkan
kehidupan pada masa paruh baya. Mereka sanggup menyerahkan tujuan ekstraversi
masa muda dan bergerak kearah perluasan
kesadaran secara introversi.
4. Usia
Senja
Pada
tahap ini manusia mengalami penyusutan kesadaran, mereka cenderung merasa takut
akan kematian. Pada tahap ini menggunakan interpretasi mimpi, mimpi orang-orang
tua biasanya dipenuhi simbol kelahiran kembali, seperti perjalanan panjang atau
perubahan dalam lokasi. Simbol yang muncul pada mimpi tersebut digunakan oleh
Jung untuk menentukan sikap bawah sadar terhadap kematian.
5. Realisasi
Diri
Realisasi
diri (individuasi) atau kelahiran kembali secara psikologis adalah proses untuk
menjadi seorang individu atau pribadi seutuhnya. Realisasi diri
menginterpretasikan kutub-kutub yang berlawanan pada individu yang homogen yang
dipelajari pada psikologi analitik. Orang yang telah melalui proses menjadi
diri sendiri, sudah mencapai realisasi diri, mengurangi persona, mengetahui
anima dan animusnya, serta mampu menyeimbangkan introversi dan ekstraversi.
Menguasai
alam bawah sadar adalah proses yang sangat sulit terutama dalam menghadapi
shadow untuk menerima sifat-sifat pada dirinya. Proses ini tidak akan bisa
sempurna apabila seseorang masih mengedepankan ego yang dominan terhadap kepribadiannya. Orang
yang berhasil sampai pada tahap realisasi diri tidak didominasi oleh proses
bawah sadar atau ego alam sadarnya, namun ia sudah bisa menyeimbangkan semua
aspek kepribadian dalam dirinya.
Manusia
yang berhasil memasuki tahap ini sanggup mengembangkan dunia eksternal maupun
internal. Mereka dapat menyambut gambaran-gambaran bawah sadar mereka tersebut
ketika muncul dalam mimpi dan refleksi introspektif mereka.
D. TIPE-TIPE
KEPRIBADIAN
1. Sikap-sikap
Kepribadian
Menurut
Jung, sikap adalah kecenderungan untuk beraksi bahkan kearah yang khas. Setiap
orang memiliki kecenderungan untuk bersikap kearah introversi sekaligus
ekstraversi. Kedua sikap tersebut mendukung terbentuknya hubungan yang
kompensatoris satu sama lain, hubungan ini dapat digambarkan sebagai Yin dan Yang.
a.
Orientasi
Ekstrover (E)
Ekstrover adalah suatu kecenderungan yang
mengarahkan kepribadian lebih banyak ke luar daripada ke dalam diri sendiri.
Seorang ekstrover memiliki sifat sosial, lebih banyak berbuat daripada
berkontemplasi (merenung dan berpikir). Ia juga adalah orang yang penuh
motif-motif, yang dikoordinasi oleh kejadian-kejadian eksternal
(Chaplin,1975:170).
Ekstrover diberi ciri sebagai
kecenderungan pada objek-objek dari luar diri suatu kesiapan untuk menerima
kejadiankejadian luar, suatu keinginan untuk mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
peristiwa-peristiwa yang terjadi sekitar, suatu kebutuhan untuk terlibat, punya
kapasitas untuk bertahan, menikmati kesibukan, dan setiap macam keributan
disekitarnya. Jung percaya bahwa perbedaan tipe kepribadian manusia dimulai
sejak kecil.
Standar moral dunia luar sangat
berpengaruh bagi seorang ekstrover. Kapasitas dan kecenderungan untuk
menyesuaikan diri dan mencocokkan diri dengan kondisi dunia liuar merupakan
kekuatan, sekaligus keterbatasannya. Kecenderungannya ke dunia luar sangat
kuat. Ekstrover merupakan aset objektif dalam situasi sosial dan dalam menjawab
tuntutan-tuntutan dari luar.
Bentuk neurotik yang sering diderita orang
ekstrover adalah histeria. Hal ini terjadi sebagai identifikasi objektif dengan
pribadi-pribadi dalam lingkungan yang dekat dan sebagai suatu penyesuaian diri
terhadap banyak kondisi eksternal yang perlu ditiru. Histeria neurotik mulai
sebagai pernyataan berlebihan dari seorang berkarakter ekstrover, lalu semakin
rumit lewat reaksi-reaksi kompensasi dari ketidaksadaran (unconcious).
Penyesuaian seorang ekstrover pada realita objek menghalangi secara efektif
impuls-impuls subjektif untuk mencapai kesadaran.
Semakin banyak kebutuhan subjektif ditekan
atau diabaikan maka bangunan energi unconcious bekerja untuk merusakkan
perilaku concious. Egoisme, infantilisme, dan primitifisme, normalnya merupakan
suatu kompensasi yang sehat dan relatif tidak berbahaya. Perilaku kompensasi
dari unconcious bertujuan untuk menjaga keseimbangan psikis.
Suatu contoh dari perilaku infatilisme
unconcious orang bertipe perasa ekstrover adalah punya hubungan dekat dengan
orang lain. Kadang kala orang bertipe ini menyampaikan pendapatnya pada suatu
hal dengan cara yang kurang teratur. Perilaku menyimpang ini karena
inferioritas thinking (pemikiran yang kurang mantap).
Jung mengamati bahwa observer judgement
(pemikir atau perasa) cenderung menggunakan karakter concious, sementara
observer perception (pengindra atau intuitif) akan lebih banyak dipengaruhi karakter unconcious.
b. Orientasi Introver (I)
Introver adalah suatu orientasi ke dalam
diri sendiri. Secara singkat seorang introver adalah orang yang cenderung
menarik diri dari kontak sosial. Minat dan perhatiannnya terfokus pada pikiran
dan pengalamannya sendiri. Jung mengemukakan orang introver memfokuskan
libidonya kedalam, dan tenggelam ke dalam diri sendiri, khususnya pada saat
mengalami ketegangan dan tekanan batin.
Pada dasarnya, concious seorang introver
tentang kondisi-kondisi eksternal dapat disadari dengan baik sekali. Jung
menguraikan perilaku introver sebagai orang pendiam, menjauhkan diri dari
kejadian luar dan tidak mau terlibat dengan kejadian objektif, tidak senang
berada di tengah orang banyak, merasa kesepian dan kehilangan ditengah kerumunan
orang banyak.
Seorang ekstrover melihat introver sebagai
seseorang yang kurang sosial, tidak mampu menyesuaikan diri dengan dunia luar,
demikian juga orang introver menilai orang ekstrover sebagai orang yang
dangkal, refleksinya kurang dalam, tidak mampu masuk ke dalam diri sendiri.
Salah satu tranda introver pada diri
seseorang adalah reflektif, bijaksana, tenggang rasa, pemalu dan bahkan takut
pada objek baru. Ciri introver yang tampak dalam diri orang dewasa adalah
kecenderungan menilai rendah hal-hal orang lain, sekedar untuk menghindari
bobot kepentingan mereka.
Walaupun Jung mengakui adanya
keganjilan-keganjilan (peculiarities) psikologis dari introver, khususnya yang
berhubungan dengan ekstrover, ia juga menemukan orang introver juga tidak
kurang motivasi sosialnya.
2. Fungsi-fungsi
Kepribadian
Introversi
maupun ekstraversi yang berkombinasi dengan satu atau lebih fungsi psikologis
akan membentuk delapan orientasi tindakan. Definisi empat fungsi:
·
Mengindra, memberi tahu manusia sesuatu itu
eksis,
·
Berpikir, memampukan mereka menyadari maknanya,
·
Perasaan, memberi tahu mereka nilai atau
harganya,
·
Intuisi, membuat mereka tahu sesuatu tanpa
mereka ketahui bagaimana mereka bisa mengetahui sesuatu tersebut.
a. Fungsi Pengindra (S)
Orang yang berfungsi pengindra umumnya percaya,
menghargai, mengarahkan energi pada saat sekarang dan disini. Shadow (sisi
gelap) dari orang pengindra menurut Jung adalah bahwa ia kurang memiliki
gambaran secara menyeluruh tentang suatu hal. Kurang melihat konsekuensi masa
depan dan kemungkinan adanya agenda yang tersembunyi yang menyebabkan adanya tindakan kurang
bijaksana dan pandangan yang kurang luas. Walaupun ada sisi gelapnya,
orang berfungsi pengindera umumnya dikenal sebagai orang yang sangat baik dalam
hidup komunitas, memiliki “rasa kebersamaan” (common sense). Rasa kebersamaan
ini tumbuh secara alamiah lewat perhatian yang tetap terhadap seluk beluk
fakta. Orang yang berfungsi pengindera juga dianugerahi cinta akan kehidupan
yang rutin. Ia menemukan kesenangan di dalam hal-hal khusus “saat sekarang”. Ia
mencintai matahari terbenam bukan sebagai suatu mimpi, tetapi Karena keindahan
warna yang ada dalam matahari itu sendiri. Kesenangan akan apa yang terjadi
saat sekarang ini dapat membawa frustasi bagi orang pengindera apabila ia
terpaksa harus mengikuti ceramah atau pertemuan, sementara ia harus mengabaikan
pertandingan sepak bola atau tinju di TV.
Orang
berfungsi pengindera percaya pada data sekarang dan masa la mpau sebagai
penentu kegiatannya. Kalau masa lampaunya kurang baik maka sulit untuk membujuk
mereka mengambil resiko terhadap petualangan yang sama di saat sekarang dan
masa depan. Asimilasi dari pengalaman masa lampau sebagai suatu bagian esensial
dari bank data pribadi.
b. Fungsi Intuitif (N)
Intuitif adalah
suatu jalan merasakan, cara membawakan informasi kepada budi dan jiwa. Intuitif
adalah juga suatu kemampuan/kualitas yang sering ditampilkan para tukang sihir,
orang-orang kreatif dan para nabi. Fungsi intuitif menurut Jung adalah suatu
fungsi merasakan, suatu fungsi yang muncul dengan sendirinya secara alamiah
seperti fungsi pengindra. Fungsi ini digerakkan dari alam tak sadar (unconscious) manusia. Fungsi pengindera
dan fungsi intuitif bekerja dalam setiap pribadi manusia, namun salah satunya
lebih kuat, lebih dominan, lebih jelas, lebih alamiah muncul dalam perilaku
hidup setiap hari. Individu yang menggunakan fungsi intuitif sebagai pola
menerima informasi akan menggunakan indera-indera sadarnya, dalam belajar
tentang dunia, namun apabila individu itu ditanya bagaimana ia sampai tahu
segala yang telah ia ketahui maka ia sendiri akan heran dengan segala yang ia
ketahui dan alami. Bila ia membaca cerita atau novel, ia tidak akan begitu
yakin akan karakter para tokoh, bagaimana gambaran mereka, dan di mana mereka
hidup. Tetapi ia akan lebih tertarik dengan spekulasi tentang mengapa para
pelakon tinggal di tempat tertentu itu, apa yang akan terjadi berikutnya, apa
yang akan terjadi bila situasi akan berubah.
Orang yang ekstrem
intuitif kadang lupa waktu dan punya orientasi yang kuat pada masa depan
(future oriented). Orang intuitif sangat optimis, dan punya antusiasme yang
tinggi.
Orang intuitif sangat optimis dan punya antusiasme yang
tinggi. Ia sangat gandrung berbicara mengenai proyek baru, rencana baru, dan
kadang gampang mempengaruhi orang lain, namun ia gampang pindah ke proyek baru
sebelum melaksanakan yang lama.
c. Fungsi Berpikir (T)
Orang berfungsi
berpikir umunya bekerja atas dasar logika, objektivitas dan bermental analitis.
Hukum disusun berdasarkan fungsi perasa yang diciptakan berdasarkan sistem
nilai dan kehidupan bersama. Namun ketika hukum dilanggar, fungsi berfikirlah
yang akan menjadi penggagas dan penduga.
Berpikir termasuk
juga dalam fungsi penilai yang didasarkan pada logika. Orang yang berpikir biasanya
impersonal, sangat menjunjung tinggi logika, berusaha menemukan kriteria
objektif sebeluim menemukan sesuatu. Mereka adalah orang yang mampu
bernegoisasi, sangat tekun dengan kerjanya dan suka menganalisis. Mereka sulit
mengungkapkan perasaan, khususnya mereka bertipe berpikir introvert. Dalam
pekerjaan, mereka umumnya kurang emosional, kurang tertarik pada perasaan orang
lain, kadang menyakiti orang lain tanpa mereka sadari, senang membuat analisis
dan mengatur segala sesuatu dalam keadaan yang teratur, senang memutuskan
sendiri dan kadang kurang memperhatikan keinginan orang lain, cenderung
memiliki hubungan baik hanya dengan orang yang punya paham berpikir sama,
kadang tampak berhati keras. Dalam pergaulan orang berfungsi berpikir umumnya
tampak dingin, menekan emosi, kadang melakukan permainan yang kurang adil,
membutuhkan system yang teratur dalam hidupnya, cenderung mengkritik sebagai
jalan menuju perkembangan hidup.
d. Fungsi Perasa (F)
Fungsi perasa adalah proses rasional yang
mebuat keputusan atas dasar sistem nilai. Proses itu akan mengalami kesulitan ketika nilai-nilai kehidupan
itu agak kabur dan saling bertentangan. Misalnya, ada pandangan bahwa tidak
baik kalau memenjarakan orang seumur hidup. Tetapi nilai lain yang perlu
diperhatikan bahwa membunuh itu tidak baik, manusia harus dilindungi dari
perbuatan salah itu. Kalau pembunuh itu diadili maka tiga kata penting yang
akan muncul adalah hukuman mati, hukuman seumur hidup, atau dibebaskan.
Keputusan pertama dan kedua tentu berlawanan dengan keinginan orang berfungsi
perasa karena tidak manusiawi, tetapi kalau dibebaskan maka itu tidak adil bagi
masyarakat. Di sini ada pertentangan nilai. Karena itu tidaklah gampang orang
perasa untuk memutuskan. Situasi konflik ini sering membuat orang perasa mengalami
stress dan sakit. Namun dipihak lain, bila orang perasa yakin akan nilainya,
maka ia akan sangat yakin pula dalam membuat keputusan. Salah satu kebaikan
dari fungsi ini yakni mereka mempunyai kemampuan untuk mengerti
perasaan-perasaan orang lain. Kemampuan empati ini diakui dan disadari oleh
fungsi-fungsi lain, walau sangat sulit bagi orang berfungsi berpikir untuk
memahaminya. Fungsi perasa sangat membutuhkan harmonisasi. Kebutuhan ini begitu
kuatnya sehingga kadang mereka sangat hati-hati dalam membaca kebutuhan dan
perilaku orang lain. Ia berusaha menghindari pertentangan, terkadang sulit
untuk menerima kritik, cenderung selalu setuju dengan orang lain. Bagi dia
percaya pada orang lain adalah jalan terbaik. Sangat sulit baginya untuk
mengurus bisnis, kadang sulit mengungkapkan pikirannya secara logis, bahkan
kadang terkesan semrawut.
e. Fungsi Penilai (J)
Seorang fungsi
penilai memiliki karakter yang sistematis, rapi, kurang luwes, berkesan maju,
bertanggung jawab dan tegas. Ia mempunyai rencana
yang jelas, namun pendirian yang keras, gemar membuat keputusan, senanga kalau
segala sesuatu berjalan lancer atau selesai padfa waktunya. Ia terkesan kurang
luwes, mempunyai keinginan untuk memiliki banyak, memiliki kepribadian yang
kuat, selalu berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan yang dipercayakan
kepadanya, dan punya tanggung jawab yang sangat tinggi. Kadang kurang sabar,
tidak mengganggu pekerjaan yang sedang berjalan walau urgen sekalipun, kadang
tidak memperhatikan hal baru yang perlu diselesaikan juga.
Kelemahannya adalah kaku, ortodoks, rule oriented, dan
terlalu cepat memutuskan sesuatu.
f. Fungsi Pengamat (P)
Karakter orang pengamat adalah toleran,
terbuka, gampang menyesuaikan diri, sangat mengerti orang lain, spontan, luwes,
dan punya semangat ingin tahu yang tinggi. Ia memiliki spontanitas yang
tak terduga, sangat toleran dan memiliki hidup yang optimis. Prestasi merupakan
prioritas dalam hidupnya, karena itu ia ingin tahu dan berusaha untuk menemukan
keinginannya dalam segala macam situasi. Ia bukanlah orang yang suka mengadili
orang lain, sebaliknya menerima orang lain apa adanya.
Kelemahannya
adalah suka menunda keputusan dan terkadang sampai tidak ada keputusan,
penampilannya tidak selalu rapi dan kurang terorganisasi, dan kadang terlambat
menanggapi situasi. Ia sangat baik dalam menyesuaikan diri dengan perubahan
situasi, ingin mengetahui banyak hal tentang suatu kerja, ingin dan senang
dengan hal baru, baik itu menyangkut barang situasi maupun orang. Kelemahannya
dalam kerja adalah membiarkan segalanya terbuka bagi orang lain, mengalami
kesulitan dalam membuat keputusan, cenderung memulai banyak hal tetapi sulit
menyelesaikan semuanya, cenderung menunda pekerjaan yang kurang menyenangkan.
E. METODE
INVESTIGASI JUNG
Jung
beranggapan bahwa studi mengenai kepribadian tidak hanya terpaku pada satu
bidang ilmu, namun keseluruhan pribadi bisa dipahami hanya dengan mengejar
dimana pengetahuan tersebut muncul. Jung menegaskan psike tidak dapat dipahami
oleh akal saja melainkan harus disertai oleh seluruh kepribadian.
1. Tes
Asosiasi Kata
Tujuan
awal penggunaan tes asosiasi kata adalah untuk membuktikan validitas teori
Freud yang menyatakan bahwa alam bawah sadar aktif sebagai proses yang otonom.
Dasar tes asosiasi adalah prinsip bahwa kompleks-kompleks menciptakan respons
emosional yang bisa diukur.
Dalam
tes, Jung memberikan daftar pertanyaan sekitar 100 stimulus yang dipilih dan
disusun untuk menghilangkan reaksi emosi yang tidak diinginkan. Tipe reaksi
tertentu dapat menunjukkan bahwa kata stimulus sudah menyentuh suatu kompleks.
Salah satu atau kombinasi respons yang muncul mengindikasikan bahwa sebuah
kompleks telah terjadi.
2. Analisis
Mimpi
Jung
sependapat dengan Freud tentang teorinya mengenai mimpi memiliki makna dan
dianggap serius, juga mengenai mimpi itu berasal dari alam bawah sadar
seseorang. Namun Jung tidak sependapat oleh teori Freud yang menyatakan bahwa
hampir semua mimpi adalah pemenuhan harapan dan simbol mimpi yang muncul adalah
interpretasi seksual.
Mimpi
adalah upaya bawah sadar manusia untuk mengetahui yang tidak diketahui. Tujuan
interpretasi mimpi Jung adalah menyingkapkan elemen alam bawah sadar personal
dan kolektifnya. Mimpi sering berupa kompensasi, maksudnya perasaan dan sikap
yang tidak terekspresikan akan terlihat melalui proses mimpi. Jika kehidupan
alam sadar seseorang tidak lengkap dibidang tertentu maka self bawah sadar
seseorang akan berjuang untuk menyelesaikan kondisi tersebut lewat proses
mimpi. Mimpi tertentu menawarkan bukti bagi keberadaan alam bawah sadar
kolektif.
Jenis
mimpi berdasarkan analisis Jung yaitu mimpi besar yang memiliki makna istimewa
bagi semua orang, mimpi tipikal yang
umum bagi kebanyakan orang, dan mimpi paling awal yang bisa diingat.
3. Imajinasi
Aktif
Tujuan
Jung menggunakan teknik imajinasi aktif adalah menyingkap imaji arketipal yang
muncul dari alam bawah sadar. Teknik ini memiliki keuntungan lebih dari
analisin mimpi karena gambarannya dihasilkan selama kondisi jiwa yang sadar
sehingga menjadikan gambaran tersebut lebih jelas dan tereproduksi. Jung juga
mempergunakan teknik ini untuk meneliti dirinya sendiri.
4. Psikoterapi
Identifikasi empat
pendekatan dasar terapi:
·
Pengakuan tentang rahasia patogenik, metode
katarsis. Katarsis sudah cukup bagi pasien yang memerlukan berbagi cerita,
unek-unek, dan rahasia mereka.
·
Interpretasi, penjelasan, dan pencerahan.
Memberi pasien pemahaman tentang sebab-sebab neurosis mereka, namun tidak mampu
membuat mereka dapat menyelesaikan masalah sosial.
·
Mendidik pasien sebagai makhluk sosial.
Pendekatan ini sering berhenti hanya dengan membuat pasien bisa beradaptasi
baik secara sosial.
·
Transformasi. Tahap ini biasa digunakan pada
pasien yang berada di paruh kedua hidup yang mulai resah dengan perealisasian
dorongan batinnya dengan masalah moral dan religiusnya, dan dengan menemukan
filsafat hidup yang dapat menyatukan kepribadiannya.
F. RISET-RISET
MENGENAI TEORI JUNG
Dalam
Journal of Psychological Type riset-riset
yang menggunakan teori sikap dan fungsi psikologis Jung. Diantaranya adalah
indicator Myers-Briggs terhadap dua disiplin
akademis, yaitu teknik dan keguruan.
1. Minat
kepada teknik dan DO-nya mahasiswa teknik
Penurunan minat pada teknik sudah menjadi persoalan akut
karena hampir 50% mahasiswa yang mengambil kuliah itu ternyata tidak lulus. Dua
penjelasan yang paling mungkin adalah performma yang buruk dalam “memahami”
kuliah dan penyesuaian diri yang buruk dengan cara kerja insinyur. Dalam sebuah
studi di Journal of psychological Type (Thomas,
Benne, Marr, Thomas & Hume, 2000)
telah menguji apakan tipe dan kecocokan kepribadian dapat memprediksi minat
kepada teknik dan DO-nya mahasiswa teknik dari Fakultas Teknik Georgia Tech. Peneliti mengumpulkan 195
mahasiswa (72% laki-laki) dari jurusan yang terkenal “paling banyak men-DO
mahasiswa” (jurusan listrik dan magnetisme), sementara 30% mahasiswa lainnya
banyak menerima nilai dibawah C. para mahasiswa menyelesaikan Myers-briggs Type Indicator (MBTI) di
sebuah sesi laboratorium. Thomas dkk. Memprediksi apakah skor MBTI akan
berkaitan dengan skor pada ujian akhir, tingkat kelulusan, dan penarikan diri
dari kuliah.
Hasilnya menunjukkan bahwa secara keseluruhan, kelompok
mahasiswa memiliki nilai tinggi dalam skala Berpikur (75%), Introversi (57%),
dan Penilaian (56%). Mahasiswa yang mengundurkan diri memiliki skor tinggi
dalam skala Ekstraversi dan Perasaan. Tipe kepribadian tidak mempengaruhi
kelulusan kuliah. Mahasiswa DO memiliki tipe kepribadian yang bertolak belakang
dengan mereka yang berminat memasuki kuliah teknik. Hasil ini mendukung teori
kepribadian yang kongruen atau cocok dengan suatu organusasi, dan menyatakan
bahwa mereka yang dapat menjalani profesi tertentu dengan baik adalah mereka
yang tipe kepribadiannya paling dekat kemiripannya dengan mereka yang sudah
menjalani profesi tersebut (Schneider, 1987).
2. Tipe
kepribadian dan minat mengajar
Apakah
jenis kepribadian yang paling cocok dengan profesi mengajar?
Penelitian
menggunakan indicator Myers-Briggs secara konsisten membuktikan bahwa secara
umum, ekstraversi (E), pengindraan (S), perasaan (F), dan penilaian (J) adalah
dimensi kepribadian yang palingb umum diantara guru dan para calon guru.
Kombinasi SJ biasanya dimiliki para pendidik K-12. Tipe penginderaan bersifat
praktis, teratur, dan konkret, sedangkan tipe penilaian penuh dengan
perencanaan, terorganisasikan dan lebih banyak dituntun oleh jadwal dan
rutinitas yang ditargetkan.
Delight
Willing, Kristin Guest, dan John Morford (2001) melakukan sebuah studi yang
menguji tiga pertanyaan mengenai tipe kepribadian dari minat mengajar:
1. Apakah
guru memang berbeda dari populasi pada umumnya?
2. Apakah
guru magang berbeda dengans guru tidak magang?
3. Apakah
guru yang langsung menjalani pelatihan mengajar berbeda dari guru yang menunda
dulu pelatihan mengajar setahun atau lebih?
Para
partisipan adalah para mahasiswa magang dan sudah menerima pelatihan untuk
menjadi guru. Pertama, para peneliti
menggunakan indicator Myers-Briggs untuk membandingkan para pendidik dengan
populasi pada umumnya. Hasil menunjukkan bahwa para mahasiswa magang ini (jika
dibandingkan dengan mnorma-norma populasi yang tercantum dalam manual MBTI)
jauh lebih tinggi dalam skor intuisi dan perasaan. Partisipan magang ini juga
jika dibandingkan dengan guru-guru yang tidak magang, lebih ekstrover dan
intuitif. Akhirnya, mahasiswa yang menunda pelatihan guru tampaknya lebih
intuitif ketimbang mahasiswa yang langsung menjalani pelatihan guru.
Hasil
dari studi terhadap insinyur dan guru ini dapat menjadi sumber informasi yang
berharga bagi penentuan minat kuliah mahasiswa baru agar dapat membawa kepuasan
karier di masa depan.
- KRITIK TERHADAP JUNG
Tulisan-tuisan Jung dapat memuaskan para siswa
kemanusiaan. Selain kualitas subjektif dan filosofinya, psikologi Jungian telah
menarik minat banyak kalangan entah dari para professional maupun orang biasa. Studinya
mengenai agama dan mitologi mungkin memuaskan beberapa pihak namun ada pihak
lain yang tidak puas. Namun begitu, Jung menganggap dirinya lebih sebagai
seorang ilmuwan dan menegaskan bahwa studi ilmiahnya tentang fantasi-fantasi
agama, mitologi, dongen rakyat, dan filsafat tidak lantas menjadikan dirinya
seorang mistikus, sama seperti studi Freud tentang seks yang tidak
menjadikannya sebagai pemuja seks.
Meskipun begitu, psikologi analitis harus dievaluasi
menurut enam kriteria teori yang berdaya guna.
Pertama, sebuah teori yang berdaya guna harus
sanggup membangkitkan hipotesis yang dapat diuji dan dapat digunakan dalam
riset dskriptif.
Kedua, teori harus sanggup diverivikasi atau
difalsifikasi. Sayangnya, teoori Jung hampir mustahil diverivikasi. Alam bawah
sadar kolektif sebagai inti teori Jung masih menjadi konsep yang sulit untuk
diuji secara empiris.
Sebagian besar bukti bagi konsep arketipe dan alam
bawah sadar kolektif hanya berasal dari pengalaman-pengalaman batin Jung
sendiri, yang tampaknya dia sendiri kesulitan utuk bisa mengkomunikasikan
dengan orang lain, sehingga penerimaan terhadap konsep-konsep ini lebih
didasarkan pada kepercayaan para pembacanya daripada bukti empiris. Jung
mengklaim bahwa “pernyataan-pernyataan arketipal dilandaskan kepada
prakondisi-prakondisi instingtif dan tidak berkaitan dengan penalaran; mereka
tidak dilandaskan secara rasional maupun dapat dilenyapkan dengan argument
rasional.” Pernyataan seperti ini mungkin bisa diterima oleh seniman atau
teolog namun, tidak bisa memikat para peneliti ilmiah yang harus menghadapi
masalah-masalah dari perancangan studi dan perumusan hipotesis yang konkret.
Disisi lain, bagian teori Jung yang membahas
klasifikasi dan tipologi, yaitu berbagai fungsi dan sikap psikologis, dapat
dipelajari dan diuji, dan sanggup membangkitkan sejumlah riset dalam tingkatan
yang moderat. Karena MBTI telah memicu sejumlah besar penyelididkan, kita
memberikan teori Jung rating moderat pada kemampuannya membangkitkan riset.
Ketiga, teori yang berdaya guna harus dapat
mengorganisasikan observasi-observasi sehingga menjadi sebuah kerangka kerja
yang bermaksna. Psikologi analitik ini cukup unik karena dapat menambahkan satu
dimensi baru bagi teori kkepribadian yang disebut alam bawah sadar kolektif.
Aspek-aspek kepribadian manusia yang berkaitan dengan fenomena okultisme,
segala yang misterius dan para psikologi seperti ini tidak pernah disentuh oleh
teori-teori kepribadian yang lain. Meskipun alam bawah sadar kolektif bukan
satu-satunya penjelasanyang memungkinkan bagi fenomena ini, dan konsep lain
dapat mempostulasikan pemahaman yang berbeda tentang hal tersebut namun, Jung
adalah satu-satunya teoritisi kepribadian modern yang mengupayakan secara
serius untuk memasukkan jangkaun aktivitas yang seluas itu dalam satu kerangka
teori tunggal. Untuk alasan ini, kita dapat memberikan rating moderat bagi
teori Jung berkat kemampuannya mengorganisasikan pengetahuan.
Keempat, teori yang berdaya guna harus dapat
dipraktikumkan.teori tipe atau sikap psikologis dan MBTI telah banyak digunakan
oleh para klinisi namun, manfaat psikologi analitis umumnya hanya terbatas pada
terapis yang mensyaratkan harus memahami sepenuhnya nada dasar Jungian.
DAFTAR PUSTAKA
Naisaban, Ladislaus.2003. Psikologi Jung: Tipe Kepribadian Manusia dan Rahasia Sukses dalam Hidup.
Jakarta: PT. Grasindo.
Feist, Jess & Gregory J. Feist. 2008. Theories Of
Personality. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Friedman, Howard S. & Miriam W. Schustack. Kepribadian: Teori Klasik dan Riset Modern
Jilid 1. Jakarta: Erlangga.